
Gunungkidul – Aksi live TikTok yang dilakukan oleh sejumlah individu dengan konten menantang di salah satu tempat sakral di wilayah Gunungkidul menuai kecaman keras dari Bupati Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih. Dalam pernyataan resminya, Bupati Endah menyayangkan aksi yang dinilai tak menghormati nilai-nilai adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur.
“Wah ini sudah keterlaluan! Seperti tidak ada konten lain yang lebih menarik untuk diberitakan,” ujar Bupati Endah dengan nada geram. (11/4/25)
“Sebagai masyarakat yang tahu tentang adab, tata krama, etika, dan sopan santun, seharusnya paham bahwa tempat-tempat keramat itu tidak untuk main-main. Terlepas dunianya sudah berbeda.”
Ia menegaskan bahwa semua warga seharusnya memahami mana yang pantas dan tidak pantas dilakukan di ruang-ruang yang dianggap sakral, meski tak semua aturan tertulis secara eksplisit. “Adat, budaya, warisan leluhur itu tidak semuanya tertulis, tapi harus tetap dihormati,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bupati Endah menyoroti bahwa tindakan dan perilaku seseorang mencerminkan kualitas pribadi. “Orang itu berpendidikan atau tidak, tahu aturan atau tidak, paham tata krama atau tidak, itu semua tampak dari tindakannya. Sangat disayangkan, kita yang dianggap punya budi pekerti luhur ternyata bisa menjadi nir etika.”
Menanggapi hal yang sama, R.M. Kukuhhertriasning, cucu dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII sekaligus pelestari budaya, menyatakan bahwa aktivitas live sebenarnya tidak menjadi persoalan jika dilakukan dengan cara yang tepat.
“Kegiatan live itu sah-sah saja, yang jadi persoalan adalah ketika dilakukan dengan menantang dan memancing kegaduhan. Adab seharusnya paling diutamakan. Makam dan tempat sakral itu seharusnya dijaga, bukan dirusak oleh kegiatan yang kurang pantas,” ujar Ndoro Aning.
Ia juga menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam mengarahkan konten-konten digital agar membawa manfaat budaya.
“Kalau kontennya untuk penelusuran sejarah atau pelestarian budaya, tentu bagus. Tapi harus ada kolaborasi antara pemerintah, pemangku wilayah, pelestari budaya, dan masyarakat,” tutupnya.
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berencana untuk menindaklanjuti kejadian ini dengan pembahasan lebih lanjut bersama tokoh adat dan budaya, serta melakukan edukasi terhadap pembuat konten agar kejadian serupa tidak terulang.(Hari)